ROADSHOW PERPUSNAS 2015 : MEMBACA BUKA PINTU PENGETAHUAN

Malang, Jawa Timur—Salah satu bentuk kepedulian yang diperbuat Pemerintah Kota Malang untuk menjadikan masyarakat gemar mengunjungi perpustakaan adalah dengan membangun perpustakaan di tiap desa/kelurahan. Upaya tersebut telah dirintis mulai tahun 2015. Demikian diungkapkan Wakil Wali Kota Malang Sutiaji saat talkshow perpustakaan dan minat baca dalam rangka Roadshow Perpustakaan 2015, (31/8). “Rencana ke depan, tiap kelurahan akan dipetakan minat bacanya, lalu kita buat roadshow perpustakaan di desa/kelurahan.”
Dukungan Pemkot Malang terhadap pengembangan perpustakaan tidak sebatas penambahan dana untuk menambah jumlah koleksi saja tapi juga menyiapkan unit-unit sepeda motor sebagai sarana perpustakaan keliling yang akan memutari seluruh RT/RW. Upaya penguatan tersebut diyakini Pemkot Malang mampu menaikkan hasrat masyarakat untuk gemar membaca.
Malang, diakui Perpustalaan Nasional telah menjadi salah satu daerah yang memiliki infrastuktur perpustakaan yang memadai. Bangunan perpustakaan Kota Malang telah dilengkapi dengan koleksi braille dan ruang baca anak yang cukup luas. Fokus perhatian sekarang yakni bagaimana memompa masyarakat agar mau menjadikan perpustakaan menjadi salah satu destinasi menarik yang wajib didatangi.
Pemahaman sarana menuntut ilmu haruslah di sekolah sebenarnya tidak salah tapi juga harus diluruskan. Perpustakaan seiring perubahan jaman terus berbenah diri agar tidak ditinggalkan masyarakat.
Kelengkapan koleksi, kecakapan maupun pelayanan petugas perpustakaan, sarana TIK yang memadai, dan penambahan peraga lainnya dirasa mampu menarik minat pemustaka dan masyarakat. Sehingga tepat jika perpustakaan dianggap sebagai sarana belajar sepanjang hayat. “Jadi, meski menuntut ilmu di sekolah itu penting. Jangan abaikan peran perpustakaan dimana masyarakat juga bisa memperoleh jutaan ilmu pengetahuan,” imbuh budayawan Malang Agus Sunyoto.
Budayawan Agus setuju kalau membudayakan kegemaran membaca harus dimulai sejak dini. Maka hal terpenting untuk mereka, yakni mengenalkan ragam buku gambar/cerita, bukan dimulai dengan menulis. Kecintaan mereka terhadap bahan bacaan dulu yang mesti ditumbuhkan. Seiring waktu, biasanya keterampilan membaca diikuti dengan keterampilan menulis. “Tanamkan dalam benak pikir sejak anak-anak kalau dengan membaca akan terbuka segala pintu pengetahuan.”
Ketika tumbuh remaja, bisa jadi kebiasaan mereka membaca sejak kecil mulai berkurang. Mereka akan lebih aktif dan asyik bermain Hp, gadget, gawai, maupun internet. Fisik yang mereka baca pun beralih dari buku ke segala yang berbau teknologi. Anak muda mulai mengalami minat baca yang salah kaprah. “Minat baca diartikan dengan membaca pesan singkat (SMS), status facebook, twitter, maupun whatssapp kiriman,” cetus musisi Budi Doremi mengomentari perilaku anak muda Indonesia masa kini.
Hiburan berupa audio visual lebih diminati karena lebih menarik dinikmati. Akibatnya, televisi menjadi “guru baru”. Gadget lebih disukai daripada buku. Gadget memang diperlukan, tapi tidak jangan dijadikan satu-satunya jalan mencari semua informasi yang dibutuhkan. Buku, adalah benda yang sanggup memberikan informasi yang seutuhnya. Tidak seperti gadget yang sering tidak utuh memberi informasi (sebagian). Pada tahap ini, peran keluarga menjadi dominan, terutama dalam proses menumbuhkan gemar membaca. Membaca penting bagi tumbuh kembang kecerdasan individual dan spriritual,” imbuh Kepala Perpusnas Sri Sularsih.
Dukungan Pemkot Malang terhadap pengembangan perpustakaan tidak sebatas penambahan dana untuk menambah jumlah koleksi saja tapi juga menyiapkan unit-unit sepeda motor sebagai sarana perpustakaan keliling yang akan memutari seluruh RT/RW. Upaya penguatan tersebut diyakini Pemkot Malang mampu menaikkan hasrat masyarakat untuk gemar membaca.
Malang, diakui Perpustalaan Nasional telah menjadi salah satu daerah yang memiliki infrastuktur perpustakaan yang memadai. Bangunan perpustakaan Kota Malang telah dilengkapi dengan koleksi braille dan ruang baca anak yang cukup luas. Fokus perhatian sekarang yakni bagaimana memompa masyarakat agar mau menjadikan perpustakaan menjadi salah satu destinasi menarik yang wajib didatangi.
Pemahaman sarana menuntut ilmu haruslah di sekolah sebenarnya tidak salah tapi juga harus diluruskan. Perpustakaan seiring perubahan jaman terus berbenah diri agar tidak ditinggalkan masyarakat.
Kelengkapan koleksi, kecakapan maupun pelayanan petugas perpustakaan, sarana TIK yang memadai, dan penambahan peraga lainnya dirasa mampu menarik minat pemustaka dan masyarakat. Sehingga tepat jika perpustakaan dianggap sebagai sarana belajar sepanjang hayat. “Jadi, meski menuntut ilmu di sekolah itu penting. Jangan abaikan peran perpustakaan dimana masyarakat juga bisa memperoleh jutaan ilmu pengetahuan,” imbuh budayawan Malang Agus Sunyoto.
Budayawan Agus setuju kalau membudayakan kegemaran membaca harus dimulai sejak dini. Maka hal terpenting untuk mereka, yakni mengenalkan ragam buku gambar/cerita, bukan dimulai dengan menulis. Kecintaan mereka terhadap bahan bacaan dulu yang mesti ditumbuhkan. Seiring waktu, biasanya keterampilan membaca diikuti dengan keterampilan menulis. “Tanamkan dalam benak pikir sejak anak-anak kalau dengan membaca akan terbuka segala pintu pengetahuan.”
Ketika tumbuh remaja, bisa jadi kebiasaan mereka membaca sejak kecil mulai berkurang. Mereka akan lebih aktif dan asyik bermain Hp, gadget, gawai, maupun internet. Fisik yang mereka baca pun beralih dari buku ke segala yang berbau teknologi. Anak muda mulai mengalami minat baca yang salah kaprah. “Minat baca diartikan dengan membaca pesan singkat (SMS), status facebook, twitter, maupun whatssapp kiriman,” cetus musisi Budi Doremi mengomentari perilaku anak muda Indonesia masa kini.
Hiburan berupa audio visual lebih diminati karena lebih menarik dinikmati. Akibatnya, televisi menjadi “guru baru”. Gadget lebih disukai daripada buku. Gadget memang diperlukan, tapi tidak jangan dijadikan satu-satunya jalan mencari semua informasi yang dibutuhkan. Buku, adalah benda yang sanggup memberikan informasi yang seutuhnya. Tidak seperti gadget yang sering tidak utuh memberi informasi (sebagian). Pada tahap ini, peran keluarga menjadi dominan, terutama dalam proses menumbuhkan gemar membaca. Membaca penting bagi tumbuh kembang kecerdasan individual dan spriritual,” imbuh Kepala Perpusnas Sri Sularsih.